willson.com

willson.com
so like

welcome to my forum

hanya mencoba untuk.....

Senin, 21 Juni 2010

DEFORMASI TEKTONIK KOMPRESSIF

DEFORMASI TEKTONIK KOMPRESSIF PADA PEGUNUNGAN JAYAWIJAYA

Pengertian Deformasi Tektonik
Lempeng tetonik memiliki nama yang berbeda – beda sesuai tempat atau asal lempeng itu berada. Pada 225 juta tahun yang lalu, seluruh daratan di bumi ini merupakan satu kesatuan yang disebut dengan Benua Pangaea pada zaman permian. Pergerakan lapisan bumi terus terjadi saat 200 juta tahun yang lalu pada zaman triassic terbagi menjadi 2 Benua Laurasia dan Benua Gondwanaland. Pergerakan lapisan bumi terjadi hingga saat ini terbagi menjadi 5 belahan benua. Perubahan keadaan permukaan bumi terjadi selama 4 zaman kurang lebih selama 225 juta tahun. Perubahan permukaan bumi ini yang mengakibatkan adanya batas – batas lempeng tektonik di masing – masing lapisan bumi. Pergerakan yang berasal dari tenaga endogen ini mengakibatkan sebuah siklus batuan dalam peroses pergeseran lempeng.
Lempeng tektonik merupakan sebuah siklus batuan di bumi yang terjadi dalam skala waktu geologi. Sikklus batuan tersebut terjadi dari pergerakan lempeng bumi yang bersifat dinamis. Dengan pergerakan lempeng tektonik yang terjadi mampu membentuk muka bumi serta menimbulkan gejala – gejala atau kejadian – kejadian alam seperti gempa tektonik, letusan gunung api, dan tsunami. Pergerakan lempeng tektonik di bumi digolongkan dalam tiga macam batas pergerakan lempeng, yaitu konvergen, divergen, dan transform (pergeseran).
1. Batas Transform.
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other),
yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).


2. Batas Divergen.
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut. Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.
3. Batas Konvergen.
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.

Dari ketiga batas lempeng yang mendukung adanya siklus batuan di bumi ini. Setiap daratan atau negara atau benua di dunia di batasi oleh lempeng yang berbeda – beda. Dikarenakan sifatnya dinamis dan kekuatan masing – masing lempeng berbeda – beda, maka terbentuk 3 batas lempeng tektonik Gempa yang terjadi di akibatkan oleh pergerakan lempeng tektonik. Dan apabila dilihat pada daerah Indonesia yang merupakan daerah ternbanyak yang dilewati oleh titik – titik gempa yang tersebar di seluruh nusantara. Disebelah barat hingga ke selatan dari Indonesia dibatasi oleh lempeng tektonik, disebelah utara dibatasi dengan lempeng yang berbeda, dan dibagian timur dibatasi dengan lempeng yang berbeda pula. Jadi Indonesia dibatasi oleh 3 lempeng mayor dunia yang berbeda. Maka dari itu Indonesia memiliki titik gempa yang tersebar hampir diseluruh nusantara.

Perlipatan akibat deformasi tektonik kompressif
Gaya-gaya tektonik akan menyebabkan batuan penyusun kerak bumi, berada dibawah kondisi tertekan (‘stressed’) yang pada akhirnya menyebabkan batuan akan berubah atau terdeformasi. Batuan yang bersifat plastis terutama batuan sedimen mula-mula akan terlipat membentuk lipatan
Perlipatan kulit batuan penyusun kulit bumi dapat berukuran regional sampai dengan ukuran minor, Lipatan berukuran besar yang mencakup daerah yang luas pada umumnya sekarang nampak sebagai permukaan lipatan yang telah mengalami erosi terutama pada bagian tertinggi pada puncak-puncak lipatan seperti pada kenampakan gambar berikut


Lipatan pada kerak bumi akan membentuk lipatan antiklin dan lipatan siklin dan jika pada permukaan lipatan memperlihatkan bidang kemiringan kesegala arah yang dimulai dari titik puncak maka disebut ‘dome’/kubah, bentuk yang demikian dapat dijumpai di daerah Sangiran Sragen Jawa Tengah, sebaliknya bila kemiringan permukaaan bidang lipatan mengarah kesatu titik pusat disebut lipatan cekungan.
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan lengkungan pada unsure garis atau bidang dalam bahan tersebut. Unsur bidang yang disertakan umumnya perlapisan (Hansen 1971, diambil dari Panduan Praktikum 1991). Atau terlipatnya suatu lapisan batuan (Sybil P. Parker, 1984).
Lipatan merupakan salah satu gejala struktur geologi yang amat penting. Struktur lipatan sangat menentukan distribusi batuan dan strujtur bawah permukaan, selain itu lipatan berhubungan erat dengan pola tegasan atau gaya yang berpengaruh di daerah tersebut dan gejaIa struktur yang lain, misalnya sesar.
Cara yang biasa dilakukan dalam analisa lipatan adalah dengan merekonstruksikankan dalam penampang.
Kenampakan – kenampakan dari lipatan sendiri berupa antiformal, sinformal, antiklin, sinklin, antiklinal band, sinklinal band, monoklin, terrace, vertical fold, normal fold, dll.
Untuk menganalisa Iebih lanjut terhadap arah lipatan, bidang sumbu, bentuk lipatan, garis sumbu, penunjaman dan pola tegasan yang berpengaruh terhadap pembentukan lipatan, perlu dilakukan pengukuran secara menyeluruh pada suatu daerah dimana gajala lipatan itu terbentuk. Hasil pengukuran – pengukuran itu disamping disajikan di dalam peta, juga dianalisa dengan menggunakan diagram Beta dan diagram kontur, penggunaan kedua diagram ini pada dasarnya sama, karena tujuan yang akan dicapai adalah kedudukan lipatan dan disinibusi hasil pengukuran yang diplot dalam proyeksi kutub.
PROSES TERBENTUK
Lipatan atau terlipatnya suatu lapisan batuan terbentuk biasanya diakibatkan oleh adanya gaya deformasi. Lipatan dikenali dengan lapisan batuan telah mengalami penyimpangan bentuk menjadi bentukan seperti ombak (Sybil P. Parker, 1984). Mekanisme gaya yang menyebabkannya ada 2 macam, yaitu :
1. Buckling (melipat) : Disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar dengan arah permukaan lempeng.
2. Bending (pelengkungan) : Disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya tegak lurus dengan permukaan lempeng.


1. Tektonik
Proses tektonik ini disebabkan oleh gaya — gaya dalam bumi. Gaya ini adalah gaya tekan hortisontal karena sejajar dengan permukaan bumi. Penyebab utama terbentuknya perlipatan oleh gaya tektonik atau gaya tekan mendatar karena adanya teori – teori sebagai berikut :
a. Teori kontraksi
Teori klasik bahwa bumi semakin lama sesuai waktu geologinya semakin kecil, dengan adanya pendinginan, pembentukan mineral yang lebih padat, dan ekstrusi magma dan lapisan batuan lainnya, maka ada penyesuaian karena pengerutan bumi tersebut dan menghasilkan gaya tekan.
b. Pengapungan Benua
Teori ini bagian dan tektonik lempeng yang menerangkan tentang pemekaran dasar samudera, tumbukan lempeng, pengapungan benua, perlipatan serta patahan yang disebabkan karena adanya aliran konveksi berupa gerakan magma. Karena adanya aliran yang bergerak di sepanjang dasar kerak bumi tersebut menyebabkan kerak bumi terlipat ke bawah dan lapisan yang di atasnya juga ikut terlipat.
c. Pergeseran karena Gaya Berat
Pergeseran ini terjadi karena adanya pengangkatan dari batuan dasar yang membuat batuan dasar retak. Karena terus berlangsung maka retakan menyebabkan patahan yang berurutan hingga karena adanya gaya berat maka lapisan akan bergeser membentuk lipatan.



2. Non tektonik
Proses ini sebagian besar dihasilkan oleh proses eksogenik, yang antara lain berupa erosi dan deposisi. Proses non-tektonik ini terjadi karena penyebab – penyebab antara lain :
a. Perbedaan Kompaksi Sedimen
Karena adanya perbedaan kekompakan atau keresistensian hingga nanti dalam pengendapan selanjutnya lapisan secara otomatis akan terlipatkan melengkung.
b. Proses Pelarutan
Proses ini terjadi karena bahan kimia yang mengalami pelarutan dapat menghasilkan struktur yang besar, seperti kubah yang terbentuk dan garam yang menumpang.
Patahan
Hampir semua batuan penyusun kulit bumi tidak lepas dari pengaruh stress yang sangat kuat. Batuan yang ‘brittle’ (kaku’) sangat mudah patah dan putus jika dibawah pengaruh gaya kompressi maupun tarikan, sehingga batuan akan patah membentuk pegunungan Patahan.

Lapisan batuan penyusun kerak bumi yang mengalami patahan sebagaimana batuan yang mengalami perlipatan akan berubah menjadi Pegunungan Patahan, jika lapisan batuan mengalami patahan turun berjenjang maka akan membentuk Pegunungan Blok, atau jika patahan tersebut bersekala kecil maka kenampakan patahan berjenjang tersebut dapat diamati secara langsung di singkapan batuan, terutama pada singkapan tebing-tebing jalan yang digali untuk perluasan jalan atau pada tebing sungai tersingkap karena oleh kikisan arus air pada tebing/dinding batuan sungai, seperti pada gambar berikut :

Oleh karena permukaan batuan berhubungan langsung dengan faktor luar yang cenderung mempengaruhi sifat fisik maupun kimiawi batuan sehingga permukaan lapisan batuan yang terpatahkan, mengalami pelapukan dan terkikis sehingga kenampakan bentuk patahan sebenarnya berjenjang membentuk undak-undak patahan akan menjadi rata dan permukaan batuannya dilapisi dengan soil atau tanah penutup.
Pada daerah-daerah yang mempunyai susunan batuan yang berumur tua seperti kondisi singkapan batuan yang ada di Sulawesi Selatan,tidak akan kita jumpai lagi kenampakan ideal dari pada Pegunungan vokano/Gunungapi, Pegunungan lipatan ataupun Pegunungan Blok yang pada awalnya dibentuk oleh gunungapi, oleh karena pelapukan sudah berlangsung jutaan tahun. Yang dapat kita jumpai hanyalah Jalur-jalur Pegunungan yang telah mengalami proses denudasi atau menuju ke proses perataan menjadi Peneplain, bahkan bagian bawah kaki lereng sudah ceenderung membentuk pedatan/plain berupa dataran pantai, dataran banjir, bahkan dataran danau. Pada singkapan batuannyasangat sulit dijumpai singkapan yang baik dan ideal.
Sebagai pengaplikasian dari suatu deformasi tektonik kompresif dapat saya berikan contoh aplikasinya yaitu pada morfologi dari pegunungan jayawijaya.





Pegunungan Jayawijaya

Pegunungan Jayawijaya adalah nama untuk deretan pegunungan yang terbentang memanjang di tengah provinsi Papua Barat dan Papua (Indonesia) hingga Papua Newguinea di Pulau Irian. Deretan Pegunungan yang mempunyai beberapa puncak tertinggi di Indonesia ini terbentuk karena pengangkatan dasar laut ribuan tahun silam. Meski berada di ketinggian 4.800 mdpl, fosil kerang laut, misalnya, dapat dilihat pada batuan gamping dan klastik yang terdapat di Pegunungan Jayawijaya. Karena itu, selain menjadi surganya para pendaki, Pegunungan Jayawijaya juga menjadi surganya para peneliti geologi dunia.











Pegunungan Jayawijaya juga merupakan satu-satunya pegunungan dan gunung di Indonesia yang memiliki puncak yang tertutup oleh salju abadi. Meskipun tidak seluruh puncak dari gugusan Pegunungan Jayawijaya yang memiliki salju. Salju yang dimiliki oleh beberapa puncak bahkan saat ini sudah hilang karena perubahan cuaca secara global.
Pegunungan jayawijaya merupakan suatu morfologi yang diakibatkan karena suatu deformasi tektonik kompresif, dimana adapun proses tektonik kompresif yang terjadi adalah merupakan akibat gerakan lempeng yang menyebabkan tumbukan antara dua lempeng. Pegunungan ini terdiri dari banyak gunung-gunung yang berdasarkan ketinggiannya dapat terdiri dari beberapa puncak gunung dalam pegunungan jayawijaya ini antara lain :
Puncak-puncak Jayawijaya
• Puncak Jaya dengan ketinggian 4.860 M.dpl
• Puncak Carstenz dengan ketinggian 4.884 M.dpl
• Puncak Yamin dengan ketinggian 4.535 M.dpl
• Puncak Idenberg dengan ketinggian 4.673 M.dpl
• Puncak Mandala dengan ketinggian 4.650 M.dpl
• Puncak Trikora dengan ketinggian 4.730 M.dpl


Sejarah terbentuknya pegunungan jayawijaya

Menurut teori geologi, awalnya dunia hanya memiliki sebuah benua yang bernama Pangea pada 250 juta tahun lalu. Benua Pangea pecah menjadi dua dengan membentuk benua Laurasia dan benua Eurasia. Benua Eurasia pecah kembali menjadi benua Gonwana yang di kemudian hari akan menjadi daratan Amerika Selatan, Afrika, India, dan Australia.
Pengendapan yang sangat intensif terjadi di benua Australia, ditambah terjadinya tumbukan lempeng antara lempeng Indo-Pasifik dengan Indo-Australia di dasar laut. Tumbukan lempeng ini menghasilkan busur pulau, yang juga menjadi cikal bakal dari pulau dan pegunungan di Papua.
Akibat proses pengangkatan yang terus-menerus, sedimentasi dan disertai kejadian tektonik bawah laut, dalam kurun waktu jutaan tahun menghasilkan pegunungan tinggi seperti yang bisa dilihat saat ini.
Bukti bahwa Pulau Papua beserta pegunungan tingginya pernah menjadi bagian dari dasar laut yang dalam dapat dilihat dari fosil yang tertinggal di bebatuan Jayawijaya.

Kamis, 10 Juni 2010

petrologi batuan

BAB I
PETROLOGI BATUAN SEDIMEN


Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Hutton (1875; dalam Sanders, 1981) menyatakan Sedimentary rocks are rocks which are formed by the “turning to stone” of sediments and that sediments, in turn, are formed by the breakdown of yet-older rocks. O’Dunn & Sill (1986) menyebutkan sedimentary rocks are formed by the consolidation of sediment : loose materials delivered to depositional sites by water, wind, glaciers, and landslides. They may also be created by the precipitation of CaCO3, silica, salts, and other materials from solution (Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.

3.4.2 Klasifikasi Umum
Pettijohn (1975), O’Dunn & Sill (1986) membagi batuan sedimen berdasar teksturnya menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastika dan batuan sedimen non-klastika.
Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap batuan yang sudah ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media proses tersebut adalah air, angin, es atau efek gravitasi (beratnya sendiri). Media yang terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada. Kelompok batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan batuan (klastika) sehingga bertekstur klastika.

Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2  CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Sanders (1981) dan Tucker (1991), membagi batuan sedimen menjadi :
1.Batuan sedimen detritus (klastika)
2.Batuan sedimen kimia
3.Batuan sedimen organik, dan
4.Batuan sedimen klastika gunungapi.
Batuan sedimen jenis ke empat itu adalah batuan sedimen bertekstur klastika dengan bahan penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi.
Graha (1987) membagi batuan sedimen menjadi 4 kelompok juga, yaitu :
1.Batuan sedimen detritus (klastika/mekanis)
2.Batuan sedimen batubara (organik/tumbuh-tumbuhan)
3.Batuan sedimen silika, dan
4.Batuan sedimen karbonat


Batuan sedimen jenis kedua pada umumnya bertekstur non-klastika. Tetapi batuan sedimen jenis ketiga dan keempat dapat merupakan batuan sedimen klastika ataupun batuan sedimen non-klastika.
Berdasar komposisi penyusun utamanya, batuan sedimen klastika (bertekstur klastika) dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1.Batuan sedimen silisiklastika, adalah batuan sedimen klastika dengan mineral penyusun utamanya adalah kuarsa dan felspar.
2.Batuan sedimen klastika gunungapi adalah batuan sedimen dengan material penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi (kaca, kristal dan atau litik), dan
3.Batuan sedimen klastika karbonat, atau batugamping klastika adalah batuan sedimen klastika dengan mineral penyusun utamanya adalah material karbonat (kalsit).

3.4.3 Warna Batuan Sedimen
Pada umumnya, batuan sedimen berwarna terang atau cerah, putih, kuning atau abu-abu terang. Namun demikian, ada pula yang berwarna gelap, abu-abu gelap sampai hitam, serta merah dan coklat. Dengan demikian warna batuan sedimen sangat bervariasi, terutama sangat tergantung pada komposisi bahan penyusunnya.

3.4.4 Kekompakan
Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan sedimen disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik sampai dengan suhu 300 oC dan tekanan 1 – 2 kilobar, berlangsung mulai sedimen mengalami penguburan, hingga terangkat dan tersingkap kembali di permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam diagenesa, yaitu :
1.Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di bawah muka air.
2.Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen mengalami penguburan semakin dalam.
3.Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis pada saat batuan sedimen tersingkap kembali di permukaan oleh karena pengangkatan dan erosi.

3.4.5 Tekstur
Seperti diuraikan di atas, maka batuan sedimen dapat bertekstur klastika atau non klastika. Namun demikian apabila batuannya sudah sangat kompak dan telah terjadi rekristalisasi (pengkristalan kembali), maka batuan sedimen itu bertekstur kristalin. Batuan sedimen kristalin umum terjadi pada batugamping dan batuan sedimen kaya silika yang sangat kompak dan keras.




3.4.6 Bentuk Butir
Berdasar perbandingan diameter panjang (long) (l), menengah (intermediate) (i) dan pendek (short) (s) maka terdapat empat bentuk butir di dalam batuan sedimen, yaitu (Gambar 3.2):
1.Oblate, bila l = i tetapi tidak sama dengan s.
2.Equant, bila l = i = s.
3.Bladed, bila l tidak sama dengan i tidak sama dengan s.
4.Prolate, bila i = s, tetapi tidak sama dengan l.
Apabila bentuk-bentuk teratur tersebut tidak dapat diamati, maka cukup disebutkan bentuknya tidak teratur. Pada kenyataannya, bentuk butir yang dapat diamati secara megaskopik adalah yang berukuran paling kecil granule (kerikil,   2 mm). Bentuk butir itu dapat disebutkan seperti halnya pemerian kebundaran di bawah ini.


3.4.7 Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk., (1987) membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan rendah dan tinggi (Gambar 3.3). Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:

1.Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
2.Meruncing (menyudut) (angular)
3.Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
4.Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
5.Membundar (membulat (rounded), dan
6.Sangat membundar (membulat) (well-rounded).















Gambar 3.3 kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk., 1987).

3.4.9 Ukuran Butir
Ukuran butir batuan sedimen klastika umumnya mengikuti Skala Wentworth (1922, dalam Boggs, 1992) seperti tersebut pada Tabel 3.7.
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik. Ukuran butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa ada butir seperti pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air akan terasa sangat licin.

Tabel 3.7 Skala ukuran butir sedimen (disederhanakan).

Ukuran butir (mm)
Nama Butiran
Nama batuan
 > 256
Boulder / block (bongkah)
Breksi
64 – 256
Cobble (kerakal)
(bentuk / kebundaran butiran meruncing)
4 - 64
Pebble
Konglomerat
2 - 4
Granule (kerikil)
(bentuk / kebundaran butiran membulat)
1/16 - 2
Sand (pasir)
Batupasir
1/16 – 1/256
Silt (lanau)
Batulanau
 < 1/256
Clay (lempung)
Batulempung

3.4.10 Kemas atau Fabrik
1.Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast supported). Apabila ukuran butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka disebut polymodal clast supported.
2.Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).
Gambar 3.4 memperlihatkan kemas di dalam batuan sedimen, meliputi bentuk pengepakan (packing), hubungan antar butir/fragmen (contacts), orientasi butir atau arah-arah memanjang (penjajaran) butir, dan hubungan antara butir fragmen dan matriks.

1.4.14Struktur Sedimen

1.Struktur di dalam batuan (features within strata) :
a.Struktur perlapisan (planar atau stratifikasi). Jika tebal perlapisan < 1 cm disebut struktur laminasi.
b.Struktur perlapisan silang-siur (cross bedding / cross lamination).
c.Struktur perlapisan pilihan (graded bedding)
Normal, jika butiran besar di bawah dan ke atas semakin halus.
Terbalik (inverse), jika butiran halus di bawah dan ke atas semakin kasar.
2. Struktur permukaan (surface features) :
a.Ripples (gelembur gelombang atau current ripple marks)
b.Cetakan kaki binatang (footprints of various walking animals)
c.Cetakan jejak binatang melata (tracks and trails of crowling animals)
d.Rekahan lumpur (mud cracks, polygonal cracks)
e.Gumuk pasir (dunes, antidunes)
3. Struktur erosi (erosional sedimentary structures)
a.Alur/galur (flute marks, groove marks,linear ridges)
b.Impact marks (bekas tertimpa butiran fragmen batuan atau fosil)
c.Saluran dan cekungan gerusan (channels and scours)
d.Cekungan gerusan dan pengisian (scours & fills)

Pettijohn (1975) membagi struktur sedimen menjadi 2 kelompok besar, yaitu struktur inorganik (anorganik) (Gambar 3.6) dan struktur organik (Gambar 3.7). Struktur anorganik di bagi lagi menjadi struktur primer (mekanis) dan struktur sekunder (kimiawi) (Tabel 3.8).


3.4.15 Kompaksi
Batuan sedimen klastika berbutir kasar (rudites,  > 2 mm) biasanya terdiri dari fragmen dan matriks. Fragmen adalah klastika butiran lebih besar yang tertanam di dalam butiran yang lebih kecil atau matriks. Matriks mungkin berbutir lempung sampai dengan pasir, atau bahkan granule. Sedangkan fragmen berbutir pebble sampai boulder. Mineral utama penyusun batuan silisiklastika adalah mineral silika (kuarsa, opal dan kalsedon), felspar serta mineral lempung. Sebagai mineral tambahan adalah mineral berat (turmalin, zirkon), mineral karbonat, klorit, dan mika. Untuk batuan klastika gunungapi biasanya ditemukan gelas atau kaca gunungapi. Selain mineral, maka di dalam batuan sedimen juga dijumpai fragmen batuan, serta fosil binatang dan fosil tumbuh-tumbuhan.
Batuan karbonat (klastika dan non klastika) tersusun oleh mineral kalsit, cangkang fosil dan kadang-kadang dolomit. Batuan evaporit (non klastika hasil penguapan), utamanya tersusun oleh mineral gipsum (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4) dan halit (NaCl). Batuan sedimen “ironstone” tersusun oleh mineral oksida besi (hematit, magnetit, limonit, glaukonit dan pirit). Batuan sedimen posfat tersusun oleh mineral apatit. Batubara tersusun oleh mineral carbon. Batuan sedimen silika (chert atau opal)tersusun oleh kuarsa dan kalsedon.

Fragmen dan matriks di dalam batuan sedimen lebih menyatu karena adanya bahan semen. Bahan penyemen butiran fragmen dan matriks tersebut adalah material karbonat, oksida besi, dan silika. Semen karbonat dicirikan oleh bereaksinya dengan cairan HCl.
BAB II
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

No. Peraga : 8S
Jenis Batuan : Batuan Sedimen
Deskripsi Batuan : Batuan ini bewarna abu-abu, terdapat tekstur klastik. Memiliki kompaksi fragmen, matrik dan semen. Batuan ini bukan temasuk batuan karbonatan. Batuan ini memiliki sortasi yang buruk dengan fragmen yang membulat. Batuan ini memiliki struktur yang massive.


Deskripsi Komposisi : Terbentuk dari bahan/material yang sudah ada sebelumnya

Komposisi Fragmen : Mineral silika yang berukuran antara 2 – 4 mm, mineral tersebut adalah kuarsa dan feldspar
Komposisi Matriks : Batu pasir

Nama Batuan : Konglomerat
Petrogenesa : Batuan ini terbentuk dari batuan yang sudah ada sebelumnya,batu konglomerat terbentuk oleh transportasi yang jauh dari sumbernya, sehingga fragmennya membundar.
No. Peraga : 43 Y
Jenis Batuan : Batuan Sedimen
Deskripsi Batuan : Batuan ini bewarna gelap dengan memiliki tekstur klastik. Batuan ini hanya memiliki komposisi fragmen dan memiliki struktur massive.


Deskripsi Komposisi : Batuan ini terbentuk dari mineral hasil-hasil perombakan terdahulu. Batuan ini memiliki komposisi mineral klastik dengan memiliki ukuran butir 1/256 mm – 1/16 mm.


Nama Batuan : Batu Lanau
Petrogenesa : Hasil pelapikan batuan terdahulu dan tertransportasi oleh aliran arus sungai.







No. Peraga : 7Z
Jenis Batuan : Batuan Sedimen
Deskripsi Batuan : Batuan ini bewarna kuning cerah, memiliki tekstur klastik. Memiliki komposisi fragmen dan matrik. Strukturnya ialah massif.



Deskripsi Komposisi :
Komposisi matriks : Kuarsa bewarna putih, berukuran 1 mm, tidak ada belahan, jumlah 80% dan feldspar yang bewarna putih dengan ukuran sand. Memiliki kekerasan 7 serta kilap mutiara.


Nama Batuan : Batu Pasir
Petrogenesa : Batuan ini terbentuk dari hasil transportasi dan terendapkan dan terangkat karena tekanan diatasnya. Terlihat dari komposisi mineral yang ditemukan adalah mineral resistansi seperti kuarsa.


No. Peraga : 10 X
Jenis Batuan : Batuan sedimen
Deskripsi Batuan : Batuan ini memiliki warna abu-abu coklat. Teksturnya klastik, komposisinya fragmen. Batuan ini apabila ditetesi HCL tidak berbuih maka tidak termasuk batuan karbonatan. Strukturnya massive.



Deskripsi Komposisi : Terdapat matriks yang berupa lanau dengan butiran yang halus dengan jumlah 100%. Batuan ini tersusun atas mineral lempung dengan ukuran < 1/256 mm, memiliki warna abu – abu kecoklatan, biasanya merupakan hasil perombakan/pelapukan dari mineral terdahulu.


Nama Batuan : Batu Lempung
Petrigenesa : Batuan ini terendapkan oleh air yang terang / energi rendah sehingga yang terakumulasi hanya berbutir halus dank arena tertransportasi oleh aliran arus sungai pada bagian hilir.

No. Peraga : 1Z
Jenis Batuan : Batuan Sedimen
Deskripsi Batuan : Bewarna kuning cerah. Tidak memiliki matriks, hanya terdiri dari fragmen kemas tertutup. Tekturnya ialah non klastik dengan strukturnya yang massive.





Deskripsi Komposisi : Mineral utama pada batuan ini terbentuk dari mineral karbonat dengan ukuran butir 1/256 mm – 1/16 mm.


Nama Batuan : Batu Gamping
Petragenesa : Batuan sedimen ini terbentuk dari mineral utama karbonat seperti mineral kalsit.




1.Konglomerat

Batu dengan nomor peraga 8S ,merupakan salah satu jenis batuan sedimen yang memiliki nama batu konglomerat. Dari praktikum batu ini tampak berwarna coklat buram. Tekstur yang tampak yaitu tekstur Klastik. Konglomerat hampir sama dengan breksi, yaitu memiliki ukuran butir 2-256 milimeter (Granule) dan terdiri atas sejenis atau campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-lain, hanya saja fragmen yang menyusun batuan ini umumnya bulat atau agak membulat. Struktur yang terlihat adalah massive karena tidak adanya rekahan-rekahan pada konglomerat..Pada konglomerat, terjadi proses transport pada material-material penyusunnya yang mengakibatkan fragmen-fragmennya memiliki bentuk yang membulat. Deskripsi komposisinya sehubungan dengan mineral pada batuan tersebut tidak terdefinisikan,sehingga komposisi batuan sedimen tersebut adalah fragmen-fragmen batuan,dimana batuan bersumber yang telah mengalami pelapukan membentuk fragmen-fragmen berbutir kasar dan endapan klastik seperti kerikil.Fragmen-fragmen batuan adalah juga hadir sebagai butiran dalam beberapa batuan berukuran halus.
Komposisi mineral pada batu konglomerat ini dari komponen mineral klastik. Petrogenesa pada batuan ini dalam petrologi, konglomerat adalah sisa-sisa batu (berasal dari kerusakan mekanik batuan lain) terdiri dari potongan-potongan yang jelas dihubungkan oleh semen alam.Untuk memenuhi syarat sebagai yang jelas, potongan-potongan harus mengukur lebih dari 2 mm (di bawah ukuran ini, kita akan berurusan dengan batu dan bukan konglomerat).Konglomerat yang paling sering dari sedimen, tetapi mereka juga dapat vulkanik.




2.Lanau

Batu dengan nomor peraga 43Y,merupakan salah satu jenis batuan sedimen yang bernama Batu Lanau. Dari praktikum warna batu ini tampak berwarna hitam. Tekstur yang didapat yaitu klastik. Rekahan-rekahan tidak terlihat pada batu ini maka memiliki struktur massive. Batu lanau dicirikan berukuran butir 1/256-1/16 milimeter.
Batu lanau merupakan hasil rombakan pelapukan batuan terdahulu dan tertransportasi oleh aliran sungai. Deskripsi komposisi pada batuan ini Karena mineral penyusun dari batu lanau tidak terdefinisikan sehingga komposisi batuan sedimen tersebut adalah sebagai fragmen-fragmen batuan dimana batuan sumber yang telah mengalami pelapukan membentuk fragmen-fragmen berbutir kasar dan endapan klastik seperti kerikil.Fragmen-fragmen batuan adalah juga hadir sebagai butiran dalam beberapa batuan berukuran halus.

3.Pasir

Batu dengan nomor peraga 7Z ,yang merupakan salah satu jenis batuan sedimen yang memiliki nama Batu Pasir Kuarsa. Memiliki warna abu-abu kekuningan yang tampak pada saat praktikum. Dilihat dari tekstur batuan ini Batu Pasir Kuarsa memiliki tekstur Klastik. Karena permukaan Batu ini tanpa ada rekahan maka mamiliki struktur massive. Quartz sandstone adalah batu pasir yang 90% butirannya tersusun dari kuarsa.Butiran kuarsa dalam batu pasir ini memiliki pemilahan yang baik dan ukuran butiran yang bulat karena terangkut hingga jarak yang jauh. Sebagian besar jenis batu pasir ini ditemukan pada pantai dan gumuk pasir.
Sandstone atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter (sand). Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Batu pasir umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu Quartz Sandstone, Arkose, dan Graywacke. Petrogenesa Batu Pasir Kuarsa dilihat dari kejadiannya adalah hasil pelapukan dari batuan beku terdahulu terlihat dari mineral kuarsa.
Deskripsi komposisi mineral yang terdapat pada batu pasir kuarsa yaitu sebagai komposisi matrik,dikatakan seperti itu karena mineral kuarsa dan biotite,memiliki butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terdapat disela-sela fragmen.Ukuran kuarsa dan biotite yang terdapat pada batu pasir kuarsa yaitu berbutir halus dengan ukuran lebih kecil dari 1 mm. Petrogenesanya ialah Mineral yang terdapat pada batu pasir kuarsa yaitu kuarsa dan biotite,namun persentase biotite sangat rendah diperkirakan hanya 3%,namun dari mineral kuarsa dapat dideskirpsikan petrogenesa batuan tersebut,kuarsa adalah salah satu dari mineral-mineral klastik pada batuan sedimen yang berasal dari batuan granit kerak continental,bersifat keras,stabil dan tahan terhadap pelapukan.Kuarsa tidak mudah lapuk walaupun telah mengalami transportasi oleh air,malahan sering terakumulasi seperti endapan pasir fluvial pada lingkungan pantai.
4.Lempung

Batu dengan nomor peraga 10 X, yang merupakan salah satu jenis batuan sedimen yang memiliki nama Batu Lempung. Memiliki warna abu-abu yang tampak pada saat praktikum. Batu Lempung ini bertekstur Klastik. Di lihat dari struktur batuan ini tampak memiliki struktur massive karena tidak memiliki rekahan-rekahan pada permukaan batu tersebut.
Batulempung dicirikan oleh kehadiran partikel halus yang umumnya berukuran lebih kecil dari 0.0625 mm (clay). Terdapat dua komponen utama dalam partikel yang berukuran halus ini yaitu mineral lempung dan serbuk halus batuan (rock flour) atau mineral. Dilihat dari petrogenesa Batu lempung terbentuk dari akibat pelapukan terdahulu dan tertransportasi oleh aliran sungai. Petrogenesanya Mineral lempung berasal dari pelapukan silikat,khususnya feldspar.Lempung sangat halus serta terkumpul dalam lumpur dan serpih.Kelimpahan feldspar dalam kerak bumi dan bukti bahwa pelapukan secara cepat dibawah kondisi atmosfer,terlihat dari mineral-mineral lempung pada batuan-batuan sedimen dalam jumlah besar. Clay adalah bahan alami yang terdiri terutama dari halus mineral, yang menunjukkan plastisitas melalui berbagai variabel kadar air, dan yang dapat mengeras saat kering dan / atau dipecat. Clay deposito sebagian besar terdiri dari mineral lempung (phyllosilicate mineral), mineral yang menanamkan plastisitas dan mengeras ketika ditembakkan dan / atau kering, dan variabel jumlah air yang terperangkap dalam struktur mineral oleh kutub tarik. Bahan organik yang tidak menanamkan plastisitas juga mungkin bagian dari endapan tanah liat.

5.Gamping

Batu dengan nomor peraga 1Z ,yang merupakan salah satu jenis batuan sedimen yang memiliki nama Batu Gamping. Memiliki warna putih yang tampak pada saat praktikum. Batu gamping ini terbentuk dari perubahan kimiawi yang mengalami oksidasi. Memiliki tekstur Non klastik. Struktur yang tampak yaitu Massive ,karena tidak tampak adanya rekahan-rekahan pada struktur batuan tersebut.
Batu gamping dicirikan dengan besar butir 1/256-1/16 milimeter. Petrogenesa batu gamping. Adalah Kalsit adalah mineral utama pembentuk batu gamping(limestone) yang juga dapat berfungsi sebagai semen pada batupasir dan batulempung.Kalsium(Ca) berasal dari batuan-batuan beku,sedangkan karbonat berasal dari air dan karbondoksida.Kalsium diendapkan sebagai CaCO3 atau diambil dari air laut oleh organisne-organisme dan dihimpun sebagai material cangkang.Ketika organism tersebut mati,fragmen-fragmen cangkangnya biasanya terkumpul sebagai partikel klastik yang paling kaya membentuk macam-macam batugamping.









Daftar Pustaka
Azhar dkk.2009.Petunjuk Praktikum Petrologi.Tim Geologi.Yogyakarta
Endarto, Danang.2005. Pengantar Geologi Dasar.Bandung:UNS Press
Graham, Dody Setia.1987.Batuan dan Mineral.Bandung:Nova
Sapie, Benyamin, dkk.2006.Geologi Fisik.Bandung: ITB Press

http://en.wikipidea.org/wiki/lanau.html (diakses 19-12-2009 ; 10:16)
http://kuningtelorasin.wordpress.com/batuan_macamdanpembentukannya.html (diakses 19-12-2009 ; 09:11)
http://nationalinks.blogspot.com/2008/11/batuan-sedimen.batuan_unik.html (diakses 19-12-2009 ; 09:07)
http://pkukmkeb.ukm.my/-kamal/sedimentologi.html
(diakses 19-12-2009 ; 09:16)
Diposkan oleh merry noviyani di 23:33 0 komentar
Label: KULIAH GEOLOGI
Jumat, 02 April 2010
laporan petrologi
buBAB I
PETROLOGI BATUAN BEKU
A. Analisis Batuan Beku
I. Terminologi
Batuan beku adalah batuan yabg terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma. Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian ats selubung bumi atau bagian bawah kerak bumi, bersuhu tinggi (900-1300oC) serta mempunyai kekentalan tinggi, bersifat mudah bergerak dan cenderung menuju ke permukaan bumi.
II. Letak Pembekuan
Batuan beku dalam adalah batuan beku yang terbentuk di dalam bumi.Batuan beku luar adalah batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi. Batuan beku hipabisal adalah batuan intrusi dekat permukaan, sering dibentuk batuan gang.


Pada batuan beku, mineral yang sering dijumpai dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
1. 1. Mineral asam / felsic minerals
Mineral-mineral ini umumnya berwarna cerah karena tersusun atas silika dan alumni, seperti : kuarsa, ortoklas, plagioklas, muskovit.
1. 2. Mineral basa / mafic minerals
Mineral-mineral ini umumnya berwarna gelap karena tersusun atas unsur-unsur besi, magnesium, kalsium, seperti : olivin, piroksen, hornblende, biotit. Mineral-mineral ini berada pada jalur kiri dari seri Bowen.Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat mengkristal. Mineral-mineral mafik umumnya mengkristal pada suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mineral felsik. Secara sederhana dapat dilihat pada Bowen Reaction Series.Mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat labil dan mudah berubah menjadi mineral lain. Mineral yang dibentuk pada temperatur rendah adalah mineral yang relatif stabil. Pada jalur sebelah kiri, yang terbentuk pertama kali adalah olivin sedangkan mineral yang terbentuk terakhir adalah biotit.Mineral-mineral pada bagian kanan diwakili oleh kelompok plagioklas karena kelompok mineral ini paling banyak dijumpai. Yang terbentuk pertama kali pada suhu tinggi adalah calcic plagioclase (bytownit), sedangkan pada suhu rendah terbentuk alcalic plagioclase (oligoklas). Mineral-mineral sebelah kanan dan kiri bertemu dalam bentuk potasium feldsfar kemudian menerus ke muskovit dan berakhir dalam bentuk kuarsa sebagai mineral yang paling stabil.
B. Penggolongan Batuan Beku
Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama yaitu berdasarkan genetic batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkadung, dan berdasarkan susunan mineraloginya.

Berdasarkan Genetik
Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadang mengandung gelas, berdasarkan tempat kejadiannya (genesa) batuan beku terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehingga batuan seluruhnya terdiri atas kristal-kristal (struktur holohialin).
contoh :Granit, Granodiorit, dan Gabro.
b. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat sehingga batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan massa dasar sehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh batuan ini dalah Granit porfir dan Diorit porfir.
c. Batuan beku luar (efusif) terbentuk di dekat permukaan bumi. Proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf. Contohnya Obsidian, Riolit dan Batuapung.
(Agung Mulyo, 2004)
Berdasarkan Senyawa kimia
Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat dibedakan menjadi:
a. Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari 45%. Contohnya Dunit dan Peridotit.
b. Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara 45% - 52 %. Contohnya Gabro, Basalt.
c. Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara 52%-66 %. Contohnya Andesit dan Syenit.
d. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%. Contohnya Granit, Riolit.
Dari segi warna,batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap dibanding yang komposisinya asam.
Berdasarkan susunan mineralogi
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat mencrminkan sejarah pembentukan battuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembkuan yang cepat.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi:

a. Batuan dalam
Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b. Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c. Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d. Batuan lelehan
Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi beberapa keluarga atau kelompok yaitu:
1. keluarga granit – riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali felsparnya melebihi plagioklas
2. keluarga granodiorit – qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K Felspar
3. keluarga syenit – trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir
4. keluarga monzonit – latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-Felspar
5. keluarga syenit – fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-Felspar melebihi plagioklas
6. keluarga tonalit – dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar
7. keluarga diorite – andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Felspar, plagioklas melimpah
8. keluarga gabbro – basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas (Ca), sedikit Qz dan K-felspar
9. keluarga gabbro – basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun tidak hadir
10. keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl), plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.
(Doddy,1987)
C. Faktor-Faktor yang Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Beku
a. Warna Batuan
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash feldsfar dan muskovit.
Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku intermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
b. Struktur Batuan
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering ditemukan adalah:
a. Masif : bila batuan pejal,tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas
b. Jointing : bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-retakan.kenapakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.
c. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi menjadi 3 yaitu:
• Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
• Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
• Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang gas.
d. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.



c. Tekstur Batuan
Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum,dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi :
a. Tingkat kristalisasi
Tingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi:
• Holokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan semua berbentuk kristal-kristal.
• Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal dan sebagian lagi berupa mineral gelas.
• Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.


b. Ukuran kristal
Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali.ukuran kristal dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan.
Cox,price,harte W.T.G Heinric
Halus < 1mm <1 mm <1 mm
Sedang 1-5 mm 1-5 mm 1- 10mm
Kasar >5mm 5-30 mm 10-30 mm
Sangat kasar >30 mm > 30 mm
tabel 2.1
Kisaran ukuran kristal dari beberapa sumber
c. Granularitas
Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu:
 Equigranulritas
Disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran kristal yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 2:
 Fenerik Granular bila ukuran kristal masih bisa dibedakan dengan mata telanjang
 Afinitik apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang atau ukuran kristalnya sangat halus.
 Inequigranular
Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini dapat dibagi lagi menjadi :
Faneroporfiritik,bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-kristal yang kecil dan dapat dikenali dengan mata telanjang.
Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak dapat dikenali dengan mata telanjang.

b. Gelasan (glassy)
Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun atas gelas.
c. Bentuk Butir
Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal yang sempurna.
Subhedral, bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna.
Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang kristal yang tidak sempurna.
d. Komposisi Mineral
Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4 yaitu:
1. Kelompok Granit – Riolit
Berasal dari magma yang bersifat asam,terutama tersusun oleh mineral-mineral kuarsa ortoklas, plaglioklas Na, kadang terdapat hornblende,biotit,muskovit dalam jumlah yang kecil.
2. Kelompok Diorit – Andesit
Berasal dari magma yang bersifat intermediet,terutama tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande, piroksen dan kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah kecil
3. Kelompok Gabro – Basalt
Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-mineral olivine,plaglioklas Ca,piroksen dan hornblende.
4. Kelompok Ultra Basa
Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain yang mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil







BAB II
PEMBAHASAN DAN HASIL PRAKTIKUM


1. Andesit
Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik dengan komposisi antara dan tekstur spesifik yang umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi.Batuan lelehan dari diorite,berbutir halus,bertekstur halus,dimana batuan andesit memiliki derajat kristalisasi holokristalin hingga hipokristalin,yaitu dimana perbandingan komposisi mineralnya mayoritas diisi oleh mineral kristalin,sifat dari andesit yaitu intermediet,struktur yang dimiliki oleh andesit yaitu massif atau pejal.Andesit terbentuk sebagai batuan lelehan dan batuan gang dalam,yaitu andesit terbentuk berasal dari magma yang sedang menuju kepermukaan bumi atau membeku dalam celah-celah di kerak bumi.Batuan golongan ini dapat tersingkap dipermukaan bumi karena erosi kemudian atau adanya gaya tektonik.Gunung api di Indonesia umumnya menghasilkan batuan andesit.Batuan andesit yang banyak mengandung mineral hornblende sehingga disebut dengan andesit – hornblende,sedangkan yang banyak mengandung piroksen disebut dengan andesit – piroksin. Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik dengan komposisi antara dan tekstur spesifik yang umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik di wilayah perbatasan lautan seperti di pantai barat Amerika Selatan atau daerah-daerah dengan aktivitas vulkanik yang tinggi seperti Indonesia. Nama andesit berasal dari nama Pegunungan Andes. Batu andesit banyak digunakan dalam bangunan-bangunan megalitik, candi dan piramida. Begitu juga perkakas-perkakas dari zaman prasejarah banyak memakai material ini, misalnya: sarkofagus, punden berundak, lumpang batu, meja batu, arca dll. Di zaman sekarang batu andesit ini masih digunakan sebagai material untuk nisan kuburan orang Tionghoa, cobek, lumpang jamu, cungkup/kap lampu taman dan arca-arca untuk hiasan. Salah satu pusat kerajian dari batu andesit ini adalah Magelang. Namun pada praktikum dengan sub pembahasan petrologi mineral batuan beku,praktikan dapat mendeskripsikan bahwa batuan andesit memiliki komposisi mineral yaitu,1. Mineral Feldspar dengan kenampakan warnanya putih,kilapnya vitreous,kekerasan 6,pecahan dari feldspar tidak sempurna,belahannya yaitu 2/3,system Kristal yang dimiliki oleh mineral feldspar yaitu monoclinic,jumlah prosentasenya pada andesit pada saat praktikum diperkirakan sebesar 15%.Feldspars (K Al Si 3 O 8 - Na Al Si 3 O 8 - Ca Al 2 Si 2 O 8) adalah kelompok yang membentuk batu-tectosilicate mineral yang membentuk sebanyak 60% dari kerak bumi. Feldspars mengkristal dari magma dalam kedua intrusif dan extrusive berapi batu, sebagai vena, dan juga hadir dalam berbagai jenis batuan metamorf.Rock terbentuk seluruhnya plagioclase feldspar (lihat di bawah) dikenal sebagai anorthosite.Feldspars juga ditemukan di berbagai jenis batuan sedimen.2. Mineral Hornblande kilapnya vitreous – dull,warna yang tampak yaitu hitam,kekerasan yang dimiliki oleh mineral hornblande yaitu 5 – 6,pecahannya uneven,belahannya hampir tidak dapat terlihat,system kristalnya yaitu monoclinic atau ortorombik,prosentase mineral hornblende pada andesit saat pengamatan yaitu mencapai 40%.dari prosentase hornblende seperti itu dapat di asumsikan bahwa andesit tersebut tergolong andesit – hornblende. . Sangat gelap coklat hornblendes hitam yang mengandung titanium yang biasa disebut basaltik hornblende, dari kenyataan bahwa mereka biasanya merupakan konstituen dari basalt dan batu yang terkait.Common Hornblende adalah konstituen dari banyak batuan beku dan batuan metamorf seperti granit, syenite, diorite, gabbro, basal, andesit, gneiss, dan schist.Ini adalah mineral utama dari amphibolites.3. Mineral kuarsa,dengan warna yang dimiliki yaitu putih mengkilap,kilapnya vitreous,dan kekerasannya 7, pecahannya conchoidal,belahannya tidak dapat terlihat dengan jelas,system Kristal yang dimiliki oleh mineral kuarsa yaitu trigonal atau hexagonal,termasuk kedalam kelompok mineral Silicates ; Tectosilicates ; Silica group. Quartz adalah paling banyak kedua mineral di Bumi 's kerak benua, setelah feldspar. Ini terdiri dari kerangka kontinu SiO 4 silikon - oksigen tetrahedra, dengan setiap oksigen yang dibagi antara dua tetrahedra, memberikan formula keseluruhan SiO 2.Pada suhu dan tekanan permukaan, kuarsa adalah bentuk paling stabil silikon dioksida. Kuarsa akan tetap stabil sampai dengan 573 ° C pada 1 kilobar tekanan.Ketika tekanan meningkat temperatur di mana kuarsa akan kehilangan stabilitas juga meningkat. Petrogenesa:Batuan ini terbentuk di antara zona Hypabisal dan zona permukaan. Pirit terbentuk lebih dahulu lalu terlingkupi mineral – mineral lain seperti Kuarsa Plagioclase dan Orthoclase dan. Karena penyusunnya magma intermediate maka diprediksi batuan ini terbentuk pada daerah subduksi antara lempeng samudera dan lempeng benua yang magmanya juga bersifat intermediate.
2. Dasit
Batuan dasit memiliki kenampakan warna yaitu cokelat kehijauan,sifat batuan dari dasit yaitu asam,struktur batuannya massif atau pejal, dan derajat kristalisasinya holokristalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah mineral kristalin,derajat granularitasnya adalah fanerik sedang – kasar. Dasit sebagian besar terdiri atas plagioclase feldspar dengan biotite, hornblende, dan pyroxene (augite dan / enstatite). Telah kuarsa sebagai bulat, berkarat phenocrysts, atau sebagai unsur tanah-massa.Plagioclase berkisar dari yang oligoclase ke andesine dan labradorite. Sanidine terjadi, meskipun dalam proporsi yang kecil, di beberapa dacites, dan ketika berlimpah menimbulkan batu-batu yang membentuk transisi ke rhyolites. Yang groundmass batuan ini sering mikrokristalin, dengan jaringan menit interstisial feldspars dicampur dengan butir kuarsa atau tridimit, tetapi dalam banyak dacites itu sebagian besar kaca, sedangkan di lain itu felsitic atau cryptocrystalline. Dasit adalah sebuah batuan beku, batuan volkanik. andesiterhyoliteIni adalah penengah dalam komposisi antara andesit dan rhyolite. Proporsi relatif feldspars dan kuarsa di dacite, dan dalam banyak batu vulkanik lain, diilustrasikan dalam diagram QAPF. Dacite juga ditentukan oleh silika dan alkali isi dalam klasifikasi TAS. Kata dacite berasal dari Dacia, sebuah provinsi dari Kekaisaran Romawi yang terletak antara Sungai Danube dan Carpathian Mountains (sekarang modern Rumania) di mana batu pertama kali dijelaskan.Pada praktikum praktikan dapat mendeskripsikan bahwa mineral penyusun,dari dasit yaitu mineral feldspar dimana kedudukan mineral tersebut sebagai mineral fenikris karena mineral feldspar pada dasit menjadi mineral utama dimana prosentasenya mencapai 60%.Mineral Feldspar,dengan kenampakan warna putih,kilapnya vitreous,kekerasannya 6,pecahannya tidak sempurna,belahannya 2/3,bentuk kristalnya monoclinic atau triclinic,. Larutan padat antara K-felspar dan albite disebut alkali feldspar. Solid solusi antara albite dan anorthite disebut plagioclase, atau lebih tepat plagioclase feldspar.Hanya terbatas larutan padat terjadi antara K-felspar dan anorthite, dan di dua larutan padat, immiscibility terjadi pada temperatur Common dalam kerak bumi. Albite dianggap baik plagioclase dan alkali feldspar.Selain albite, barium feldspars juga dianggap baik alkali dan plagioclase feldspars. Feldspars barium bentuk sebagai akibat dari penggantian potasium feldspar.
3. Gabro

Batuan gabro berwarna gelap kehijauan, menunjukkan kandungan silika rendah sehingga magma asal bersifat basa. Kaitan antara kandungan silika dengan sifat magma , bahwa magma yang mengandung cukup banyak silika sehingga mampu mengikat semua logam basa dan masih menyisakan silika, disebut sebagai kelewat jenuh, sehingga kelebihan silika tersebut membentuk kristal silika seperti kuarsa.
Struktur batuan ini adalah massive, tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-retakan. Batuan ini masih segar dan tidak pernah terkena gaya endogen yang dapat meninggalkan retakan pada batuan.
Batuan ini memeiliki tekstur fanerik karena mineral-mineralnya dapat dilihat langsung secara kasat mata dan mineral yang besar menunjukkan bahwa mineral tersebut terbentuk pada suhu pembekuan yang realtif lambat sehingga bentuk mineralnya besar-besar.
Derajat kristalisasi sempurna, bahwa batuan ini secara keseluruhan tersusun atas kristal sehingga disebut holocrystalline. Tekstur seperti ini menunjukkan proses pembentukan magma yang lambat. Ion-ion penyusun mineral pada batuan, dalam lingkungan bertekanan tinggi dan temperatur yang luar biasa tinggi dapat bergerak sangat cepat dan menyusun dirinya sedemikian rupa sehingga membentuk suatu bentuk yang teratur dan semakin berukuran besar. faktor waktu sangat penting bagi ion-ion untuk membentuk orientasi yang tepat untuk mengkristal. Dengan demikian, maka seharusnya tekstur holokrsitalin terbentuk di bawah permukaan bumi dimana terdapat tekanan yang sangat tinggi yang dapat mempertahankan suhu yang tinggi.
Berdasarkan pengamatan lup batuan ini mempunyai komposisi mineral utama yaitu Plagioclse dengan kelimpahan 50%, dan Olivine sebanyak 10%, dan mineral-mineral asesori lainnya yang tidak dapat diamati dengan lup sebesar 40%. Kemungkinan mineral tersebut adalah mineral yang berasosiasi dengan olivine seperti Amphibole, Hornblende, dan Biotit. Serta silica yang belum terbentuk sempurna.
Pada pengamatan laboratorium, mineral Olivine ini berbentuk conchoidal, berwarna hitam kehijauan, tak tembus pandang, dengan kekerasan 6.5-7.0 karena tak tergores oleh kaca dan paku. Pecahan mineral ini adalah conchoidal, dengan belahan 2,1 mebentuk sudut 900. Sedangkan mineral Plagioclase berwarna terang putih abu-abu, termasuk jenis Sodic Plagioclase yang kaya natrium. Mineral; ini berbentuk prismatic dengan kilap vitreous. Belhannya 2,1 prismatik dengan pecahan conchoidal sampai uneven. Terbentuknya Quartz pada batuan beku sebagai indicator kejenuhan SiO2. Pada kebanyakan batuan beku basa tidak mengandung Quartz.
Petrogenesa batuan ini dapat dijelaskan secara rinci jika tekstur batuan dapat dideskripsikan dengan jelas dan specimen batuan masih segar. Karena tekstur batuan merupakan rekaman kejadian pembentukan batuan. Batuan ini berwarna gelap, bentuk butir serabut dan beruukuran kasar dari proses intrusive yang merupakan batuan beku akibat proses plutonic. Batuan ini mempunyai kandungan Silika rendah jika dilihat dari warnanya yang cukup gelap, sedikit Potash Feldspar dan hanya mengandung mineral Plagioclase dan olivine. Plagioclase berwarna terang (kaya Natrium). Ukuran butir Plagioclase dan olivine seluruhnya hampir seragam menunjukkan pembentukannya pada suhu yang sama sekitar 9000C. batuan ini terbentuk dekat denagn suber magma sehingga memiliki ukuran mineral yang besar namun karena komposisi magmanya bersifat mafik maka warna batuan ini menjadi gelap. Dan jika mengacu pada teori Geothermal gradation, bahwa suhu sejalan dengan kedalaman, makin ke dalam temperature makin naik, maka dapat dikatakan bahwa kedua mineral ini mengkristal pada kedalaman yang sama pada saat yang bersamaan. Ini diperkuat dengan hubungan bentuk kristal yang subhedral.
Batuan ini biasanya berasosiasi dengan mineral-mineral berharga tertentu, sepert : nikel, kobalt, emas, perak, tembaga, platinum.Deskripsi mineral penyusun: Plagioclase 50%, Olivine 10%, sifat kimia batuan mafic, tekstur fanerik, holocrystalline.




4. Basalt
Batuan basalt memiliki warna kehitaman, dengan sifat batuan yaitu basa, Struktur batuannya mafic atau pejal dan derajat kristalisasinya holokristalin dimana komposisi mineral penyusun dari basalt mayoritas mineralnya mineral kristalin, teksturnya afanitik yang berarti butiran mineral dalam batuannya halus seragam. Mineralogi dari basalt yang dicirikan oleh dominan yg mengandung kapur plagioclase feldspar dan pyroxene. Olivine dapat juga konstituen yang signifikan. mineral hadir dalam jumlah yang relatif kecil termasuk oksida besi dan besi-titanium oksida, seperti magnetit, ulvospinel, dan ilmenite. Karena kehadiran seperti oksida mineral, basalt dapat memperoleh kuat magnetis tanda tangan ketika mendingin, dan paleomagnetic studi telah membuat banyak menggunakan basal. Basalt memiliki tinggi likuidus dan solidus-nilai temperatur di permukaan bumi di dekat atau di atas 1200 ° C (likuidus) dan di dekat atau di bawah 1000 ° C (solidus); nilai-nilai ini lebih tinggi daripada umum lainnya batuan. Mayoritas tholeiites terbentuk pada sekitar 50-100 km kedalaman dalam mantel. Banyak alkali basalt-basalt dapat dibentuk pada kedalaman lebih besar, mungkin sedalam 150-200 km usul basal alumina-tinggi terus menjadi kontroversial, dengan interpretasi bahwa itu adalah mencair utama dan bahwa itu bukan berasal dari jenis basalt lain.Pada praktikum petrologi batuan beku praktikan dapat mendeskripsikan bahwa mineral penyusun dari basalt diantaranya yaitu: 1.Mineral Piroksen,dengan warna hijau terang – kehitaman,kilapnya vitreous,dengan kekerasan 6,5 – 7,pecahannya conchoidal,belahannya 2,1;3,1 – forming 90’ angel,bentuk Kristal yang dimiliki oleh ortorombik/monoclinic. Para pyroxenes adalah kelompok penting yang membentuk batu-mineral silikat yang ditemukan di banyak batuan beku dan metamorf batuan.Mereka berbagi struktur umum yang terdiri dari satu rantai silika tetrahedral dan mereka mengkristal dalam monoclinic dan ortorombik sistem.Pyroxenes memiliki rumus umum XY (Si, Al) 2 O 6 (di mana X mewakili kalsium, natrium, besi dan magnesium dan lebih jarang seng, mangan dan lithium ion dan Y merupakan ukuran yang lebih kecil, seperti kromium, aluminium, besi magnesium, mangan, skandium, titanium, vanadium dan bahkan besi Meskipun secara luas untuk pengganti aluminium silikon dalam silikat seperti feldspars dan amphiboles, substitusi terjadi hanya secara terbatas di sebagian besar pyroxenes. 2. Mineral Olivin, warna yang terlihat saat pengamatan yaitu kuning kehijauan,kilapnya vitreous,dengan kekerasan 6,5 – 7,pecahannya uneven,belahannya conchoidal,bentuk Kristal atau system kristalnya yaitu ortorombik. Olivin / Peridot terjadi di kedua mafic dan ultramafic batuan dan sebagai mineral primer tertentu batuan metamorf. Mg-olivin kaya mengkristal dari magma yang kaya akan magnesium dan rendah silika.Magma yang mengkristal untuk mafic batu seperti gabbro dan basal. Ultramafic batu seperti peridotite, dan dunite dapat residu tersisa setelah ekstraksi dari magma, dan biasanya mereka lebih kaya akan olivin setelah ekstraksi parsial meleleh.Olivin dan tekanan tinggi merupakan varian struktural lebih dari 50% dari mantel atas bumi, dan olivin adalah salah satu Bumi mineral yang paling umum menurut volume.The metamorphism dari murni dolomit atau batuan sedimen dengan tinggi magnesium dan silika rendah konten juga memproduksi Mg-olivin yang kaya, atau forsterit. 3. Mineral Amphibole, dengan kenampakan warna yang terlihat yaitu hitam,kilapnya vitreous – dull,dengan kekerasan 5 – 6,pecahannya uneven,belahannya hamper tidak terlihat,system Kristal yang dimiliki oleh mineral amphibole yaitu monoclinic/ortorombik.Amphiboles adalah mineral yang baik batuan beku atau metamorf origin; dalam kasus yang pertama terjadi sebagai konstituen (hornblende) dari batuan, seperti granit, diorite, andesit dan lain-lain.Orang asal termasuk metamorf contoh seperti yang dikembangkan di kapur melalui kontak metamorphism (tremolite) dan yang dibentuk oleh perubahan ferromagnesian lain mineral (hornblende). Pseudomorphs dari amphibole setelah pyroxene dikenal sebagai uralite.
5. Andesit Porfiri
Andesit porfiro memiliki kenampakan warna abu-abu kecokelatan,sifat batuannya yaitu asam,strukturnya masif atau pejal,derajat kristalisasinya hilokristalin dimana mineral penyusun dari batuan andesit porfiro seluruhnya bersifat mineral kristalin,teksturnya yaitu porfiro afanitik,mineral penyusun andesit porfiro yaitu diantaranya dapat teramati pada saat praktikan melakukan pengamatan,diantaranya adalah 1. Mineral Hornblende, kilapnya vitreous – dull,warna yang tampak yaitu hitam,kekerasan yang dimiliki oleh mineral hornblande yaitu 5 – 6,pecahannya uneven,belahannya hampir tidak dapat terlihat,system kristalnya yaitu monoclinic atau ortorombik,prosentase mineral hornblende pada andesit saat pengamatan yaitu mencapai 40%.dari prosentase hornblende seperti itu dapat di asumsikan bahwa andesit tersebut tergolong andesit – hornblende. Sangat gelap coklat hornblendes hitam yang mengandung titanium yang biasa disebut basaltik hornblende, dari kenyataan bahwa mereka biasanya merupakan konstituen dari basalt dan batu yang terkait.Common Hornblende adalah konstituen dari banyak batuan beku dan batuan metamorf seperti granit, syenite, diorite, gabbro, basal, andesit, gneiss, dan schist. 2. Mineral Feldspar, dengan kenampakan warna putih,kilapnya vitreous, kekerasannya 6,pecahannya tidak sempurna,belahannya 2/3,bentuk kristalnya monoclinic atau triclinic,. Larutan padat antara K-felspar dan albite disebut alkali feldspar. Solid solusi antara albite dan anorthite disebut plagioclase, atau lebih tepat plagioclase feldspar. Hanya terbatas larutan padat terjadi antara K-felspar dan anorthite, dan di dua larutan padat, immiscibility terjadi pada temperatur Common dalam kerak bumi. Albite dianggap baik plagioclase dan alkali feldspar.Selain albite, barium feldspars juga dianggap baik alkali dan plagioclase feldspars. Feldspars barium bentuk sebagai akibat dari penggantian potasium feldspar. Petrogenesa: Batuan ini terbentuk di antara zona Hypabisal dan zona permukaan. Pirit terbentuk lebih dahulu lalu terlingkupi mineral – mineral lain seperti Kuarsa, Plagioclase dan Orthoclase karena penyusunnya magma intermediate maka diprediksi batuan ini terbentuk pada daerah subduksi antara lempeng samudera dan lempeng benua yang magmanya juga bersifat intermediate.















DAFTAR PUSTAKA

Azhar dkk.2009.Petunjuk Praktikum Petrologi.Tim Geologi.Yogyakarta
Endarto, Danang.2005. Pengantar Geologi Dasar.Bandung:UNS Press
Graham, Dody Setia.1987.Batuan dan Mineral.Bandung:Nova
Sapie, Benyamin, dkk.2006.Geologi Fisik.Bandung: ITB Press

http://en.wikipedia.org/wiki/Andesite
http://en.wikipedia.org/wiki/Basalt
http://en.wikipedia.org/wiki/Gabbro
http://en.wikipedia.org/wiki/Dacite